
JAKARTA, 1kata.com: Tuntutan gaya hidup menjadi penyebab utama wanita terjerumus dalam dunia prostitusi atau dikenal PSK (Pekerja Seks Komersial). Juga masuknya budaya barat, godaan barang mewah kerap menarik perhatian dan menggoda iman.
“Saat ini prostitusi bukan lagi karena kebutuhan hidup. Tapi, tuntutan gaya hidup glamor dan mewah. Melacurkan diri menjadi salah satu cara agar pemenuhan gaya hidup bisa dipenuhi dengan mudah,” komentar Musni Umar, Sosialog UIN Syarif Hifayutullah Jakarta, Rabu (13/5/2015).
Wanita lakukan prostitusi bukan prostitution by need namun karena greed, serakah. Mereka butuh banyak uang untuk lifestyle, kemewahan, pola hidup hedon. “Tapi ingat, ini bukan persoalan kebanyakan masyarakat,” paparnya.
Menurutnya, prostitusi bukan masalah sebagian besar warga DKI Jakarta, tetapi hanya menyangkut kepentingan segelintir orang. “Artis juga sedikit. Kalau kemarin media mengatakan ada 200 orang di prostitusi kelas atas berarti hanya sedikit. Tidak semua artis,” sambungnya.
Guru Besar Psikologi UGM Prof. Koentjoro menilai maraknya PSK dengan tarif tinggi juga bisnis protitusi online kelas atas, terbentuk karena dua hal. Pertama, berkaitan kemajuan zaman, terutama perkembangan teknologi informasi terhadap kehidupan sehari-hari.
“Prostitusi online itu kan media nya saja yang berbeda, praktiknya sama. Mereka online karena tidak ada lokalisasi atau tidak mau dilokalisir. Dengan online, para PSK bisa masuk menjajakan diri hingga ruang-ruang privat. Karena daya tembus online yang luar biasa, kendalinya ada di PSK sendiri atau germo yang mengaturnya,” komentarnya.
Kedua, lanjut dia, terkait sensasi yang membuat pelanggan rela membayar sangat mahal, terkadang tidak masuk akal, jika memakai layanan PSK kelas atas. “Demi sensasi ini orang rela bayar mahal. Sensasi itu adalah persoalan perseptual. Persepsi ini terbentuk oleh kondisi sosial dan pengalaman seseorang. Sensasi ini, juga berkaitan dengan kekhasan sesuatu hal,” lontarnya.
Dalam prostitusi online kelas atas, sensasi itu bisa dibentuk karena para PSK-nya yang secara sosial, dipersepsikan hampir tidak mungkin berprofesi di dunia esek-esek. Juga diperlukan upaya besar, jika ingin mendapatkan kepuasan ragawi dari mereka. “Prostitusi kelas atas tak semata ukurannya kecantikan. Artis jadi PSK, kan tak semua orang bisa berkencan dengan artis, apalagi artis papan atas,” katanya.
Para pelanggannya, seolah-olah merasakan sensasi yang luar biasa jika berhubungan badan dengan artis. Ada rasa bangga jika sudah melakukannya. “Nah, Sensasi inilah, yang selalu dikapitalisasi oleh PSK itu sendiri atau oleh germonya,” tambahnya.*
Sumber: CR-03 || editor: m. hasyim