Orang Bisa Kaya Karena Membaca

SURABAYA 1kata.com – Perpustakaan Nasional (Perpusnas) melalui Perpusnas Press bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Provinsi Jawa Timur menyelenggarakan sosialisasi Inkubator Literasi Pustaka Nasional Provinsi Jawa Timur dan peluncuran Gerakan Pustakawan Jawa Timur Menulis Buku, di Graha Pustaka, Surabaya, Kamis (20/6/2024).

Kepala Disperpusip Tiat Suwardi dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan Inkubator Literasi ini dapat menambah semarak dalam upaya peningkatan literasi masyarakat di Jawa Timur sehingga nantinya akan turut mendorong penguatan literasi.

“Dengan kegiatan kolaborasi ini harapannya dapat meningkatkan literasi masyarakat di Jawa Timur. Kedepan, kami sangat terbuka dan siap mensupport kegiatan keliterasian yang lainnya. Terutama kegiatan kepenulisan,” ujarnya seraya berharap agar kegiatan Inkubator Literasi ini tidak hanya sampai di sini tetapi memiliki keberlanjutan.

Dalam kesempatan ini, Tiat Suwardi juga meluncurkan Gerakan Pustakawan Jawa Timur Menulis Buku. Gerakan ini adalah sebuah inisiatif hasil kolaborasi antara Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Perpusnas Press dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur yang bertujuan untuk mendorong para pustakawan dan pengelola perpustakaan Jawa Timur agar lebih aktif dalam menulis dan menerbitkan karya tulis, terutama dalam bentuk buku.

Melalui penulisan buku, pustakawan dan pengelola perpustakaan dapat mengembangkan kemampuan menulis dan berpikir kritis. Buku yang ditulis oleh pustakawan dan pengelola perpustakaan dapat menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat luas. Nantinya buku yang dhasilkan dari gerakan ini akan dibukukan dan diterbitkan Perpusnas Press.

Pada sesi diskusi sosialisasi Inkubator Literasi Pustaka Nasional Jawa Timur menghadirkan empat narasumber yaitu Edi Wiyono, Pustakawan Perpusnas sekaligus Pemimpin Redaksi Perpusnas Press, Yusron Aminulloh, Teguh Wahyu Utomo dan Bambang Prakoso dari Yayasan Iqro’ Semesta dengan dipandu oleh moderator Damaji Ratmono, Pustakawan Perpusnas.

Edi Wiyono sebagai pustakawan yang menginisiasi lahirnya Inkubator Literasi Pustaka Nasional mengatakan bahwa kegiatan ini dirasakan memberikan potensi untuk memberdayakan masyarakat dengan menulis.

“Menggunakan kemampuan menulis sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran, keterampilan, dan partisipasi masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan,” tegasnya.

Beberapa hal yang dapat digarisbawahi dalam hubungannya dengan pemberdayaan masyarakat melalui bahwa Inkubator Literasi adalah penguatan literasi, akses informasi, aktualisasi diri hingga bagaimana menulis sebagai upaya melestarikan budaya dan sejarah.

“Dengan semakin membaiknya kemampuan menulis masyarakat, akan berdampak pada kemampuan memahami isu-isu penting dan mengambil keputusan yang lebih baik sekaligus kemampuan untuk mencari, memahami, dan menggunakan informasi yang relevan dengan kehidupan mereka,” tambahnya.

Sementara itu Yusron Aminulloh menegaskan bahwa untuk dapat menjadi penulis yang baik harus menjadi pembaca yang baik, karena sesungguhnya dengan banyak membaca akan menjadi modal yang penting untuk dituangkan kembali dalam bentuk tulisan. Membaca memiliki banyak faedah, lebih dari sekedar untuk dituliskan kembali.

”Membaca itu mencerahkan. Banyak orang gelap hidupnya, tidak jelas arah hidupnya, kabur pandangannya. Maka membaca akan menemukan lampu penerang akan jalan. Bahkan pandangan masa depan tergambar lewat bacaan. Membaca itu Mengkayakan. Orang bisa kaya karena membaca. Kaya hatinya, kaya pikirannya, kaya daya kreativitasnya, sehingga kalau kemudian kaya finansialnya bukanlah sesuatu yang mengagetkan,” tambahnya.

Bambang Prakoso lebih banyak menyoroti tentang hadirnya orang-orang yang berpengaruh di dunia juga karena mereka adalah pembaca-pembaca ulung. Beberapa nama disebutkan seperti Mahatma Gandi, Elon Musk hingga Sukarno adalah diantara orang besar dengan kebiasaan membaca yang baik.

”Dengan membaca akan meningkatkan literasi, yang diantaranya adalah memproduksi nalar kritis untuk menjawab persoalan dan tantangan hidup,” ungkapnya.

Sebagai pemapar terakhir, Teguh Wahyu Utomo mengangkat tema tentang bagiamana membuat karya yang baik dan layak terbit. Beberapa kriteria dalam penulisan popular adalah unsur orisinalitas dan kebaruan.

”Menyajikan ide-ide orisinal atau data-data yang digali betulan. Bukan hoaks, bukan abal-abal. Juga, tidak menjiplak karya orang lain. Serta mampu menawarkan perspektif baru atau informasi baru yang belum banyak dibahas sebelumnya,” tambahnya.

Penulis: ithe

Editor: m.hasyim

Foto: istimewa

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below