JAKARTA, 1kata.com – Banyak oran tua yang masih kurang memahami bahwa anak-anak di bawah lima tahun (balita) perlu mendapatkan asupan protein hewani yang cukup, agar tidak terkena stunting.
Peringatan ini disampaikan Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), kepada awak media secara daring, Selasa (17/1/2023).
“Saklar pertumbuhan akan switch on ketika asam amino esensialnya cukup kadarnya dalam darah dan asam amino esensial sumbernya hanya dari protein hewani, bukan nabati,” kata Piprim Basarah Yanuarso.
Ia menambahkan, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang mempengaruhi fisik dan otak anak, akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama.
Baca juga: Anda Sering Terbangun dan Pipis di Tengah Malam? Ini Penyebabnya
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan sebanyak 23 persen bayi lahir sudah stunting, sehingga intervensi harus dimulai sebelum bayi lahir dan bahkan sejak perempuan di usia remaja.
Piprim mencatat, sayangnya saat ini masih didapati anak-anak yang justru menyantap kudapan tak sehat termasuk cepat saji, ultraproses yang tinggi gula dan karbohidrat namun minus protein hewani.
“Dari sisi kandungan makronutrisinya, (makanan-makanan) dia tidak memenuhi syarat untuk kesehatan dalam hal ini untuk mencegah stunting. Snack-snack itu tidak ada protein hewaninya jadi susah untuk bisa mencegah stunting,” katanya.
Baca juga: Terlalu Sering Main Handphone Bisa Bikin Cepat Tua
Bukan hanya itu, sambung dia, makanan yang anak-anak santap pun dari standar keamanan pun ternyata banyak yang tidak terpenuhi. Jenis-jenis makanan mengandung nitrogen cair salah satunya.
Terkait pentingnya asupan protein hewani pada anak, Piprim mengatakan, maka tema yang diangkat dalam peringatan Hari Gizi Nasional beberapa hari mendatang yakni “Isi Piringku Kaya akan Protein Hewani”.
Dia kembali menegaskan, protein hewani merupakan salah satu sumber makanan yang bisa mencegah anak terkena stunting.
“Selain makanan itu sehat, komposisinya bisa mencegah stunting, mencegah obesitas dan aman bagi tubuh anak. Tidak kemudian membuat lambungnya bocor, perforasi, perlu operasi dan sebagainya,” demikian kata Piprim.
Sumber: CR-07
Editor: m.hasyim
Foto: istimewa