MAKASSAR, 1kata.com – Kekerasan oknum Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) mengundang reaksi sejumlah pihak, betapa tidak aksi aksi kekerasan yang dipertontonkan Oknum Satpol PP berkedok penerapan peraturan daerah (perda), semakin nyata.
“Ironisnya, bukan hanya para pedagang kaki lima yang menjadi sasaran aksinya,” kata Iriani, seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta di Makassar, Rabu (10/8/2016).
Bahkan, lanjutnya, petugas kepolisian pun terkadang menjadi sasaran luapan emosinya, hal ini terbukti dari sekian banyak kejadian tindak penganiayaan yang dilakukan oknum Satpol PP terhadap aparat penegak hukum baik itu terhadap Polisi atau pun TNI.
Seperti foto di atas, dimana aksi Satpol PP yang sedang mengeroyok salah seorang personil TNI sempat terekam kamera wartawan. Hal ini menimbulkan reaksi dari sejumlah pihak, salah satunya dari ketua Dewan Pimpinan Cabang, (LSM LP-HAM) Lembaga Pemerhati Hak Asasi Manusia, Andi Burhanuddin, ia menyebutkan bahwa aksi para oknum Satpol PP yang sudah semakin klimaks tentunya tidak boleh dibiarkan begitu saja.
“Ini sudah semakin memprihatinkan, bukan hanya kali ini, bahkan jauh sebelum sebelumnya sudah terlalu banyak memakan korban, baik dari penganiayaan yang menimbulkan cacat fisik, sampai pada penganiayaan yang menyebabkan kematian” ungkapnya.
Ia menambahkan, kekerasan kekerasan yang di timbulkan oknum Satpol PP adalah akibat dari rekruitmen Satpol PP yang terkesan asal asalan sehingga untuk melakukan perlawanan terhadap aparat penegak hukum pun tidak berfikir lagi.
“Ada kemungkinan hal ini disebabkan perekrutan Satpol PP yang tidak profesional sehingga mereka berani melawan petugas sekali pun, banyangin aja masa TNI pun di sikat (lawan) pak, contoh kemarin waktu malam minggu di kantor balai kota, polisi ditikam, itukah gambaran seorang penegak hukum, lalu bagaiman kalau berhadapan dengan rakyat kecil,” kata Andi Burhanuddin.
Memang benar kata Andi Burhanuddin, peraturan harus ditegakkan tapi bukan dengan cara-cara kekerasan yang cenderung tidak berprikemanusiaan.
Sumber: CR-09 | editor: m.hasyim